Rabu, 23 Oktober 2013

RESENSI NOVEL " AKU TERLAHIR 500 gr DAN BUTA" CHRISTINA LAHUNDUITAN



Judul               : Aku Terlahir 500 gr dan Buta
Oleh                : Christina Lahunduitan
Penulis            : Miyuki Inoue
Penerjemah    : Tiwuk Ikhtiari
Tebal               : 183 halaman
               Aku terlahir 500 gr dan buta, itulah judul novel yang ditulis oleh Miyuki.Novel ini sangatlah luar biasa, karena Miyuki sendirilah yang membuat novel mulai dari kelahirannya yang begitu mengharukan sampai dia menjadi seorang anak yang membanggakan dengan memenangkan lomba mengarang tingkat propinsi sampai tingkat nasional Kanpo.
               Biasanya seorang bayi harus berada didalam kandungan ibunya selama 40 minggu, tetapi Miyuki tidak, ia terlahir dengan usia baru memasuki minggu ke-20.Jika tidak segera dilahirkan, maka kemungkinan besar Miyuki tidak bisa ditolong.”Kalaupun bisa bertahan , dia akan cacat”, kata dokter, langsung menyarankan supaya Miyuki tidak usah dilahirkan saja.Dengan kata lain “digugurkan”.Tapi ibu Miyuki tidak ingin menggugurkan bayi yang ada didalam kandungannya.Ia terus memohon kepada dokter dengan air mata berlinang agar dokter mau berusaha menyelamatkan bayi yang ada didalam kandungan ibunya yaitu Miyuki.
               Rupanya tuhan berbelas kasihan.Tanggal 21 Agustus malam, lahirlah Miyuki dengan keadaan koma.Miyuki sama sekali tidak menangis.Berat Miyuki hanya 500 gram,sperenam dari berat bayi pada umumnya.Begitu kecilnya dia sehingga bisa digenggam.Kepala Miyuki hanya sebesar telur jari-jarinya sekerus tusuk gigi,tubuh Miyuki hanya sepanjang pena,dan pinggulnya sebesar ibu jari orang dewasa.Bayi seperti Miyuki disebut prematur. Oleh karena itu, Miyuki harus berada dalam tabung inkubator selama 4 bulan setelah lahir ke dunia. Selama empat bulan itu tak sekali pun Miyuki kecil merasakan pelukan sang ibu. Miyuki lahir dengan berat setengah kilogram, seperenam dari berat bayi umumnya.
               Masa-masa sulit Miyuki dalam inkubator menguras air mata ibunya. Ibu Miyuki dengan tegar memberi semangat pada Miyuki kecil. Sejak kelahirannya, dokter yang merawat Miyuki menvonis usia Miyuki tidak lebih dari 2 minggu. Tapi dokter bukan Tuhan.Ibu Miyuki selalu menemaninya dan menjenguk Miyuki dalam perawatannya dirumah sakit.Ibu Miyuki sangat menginginkan Miyuki bisa hidup dan bahagia.Waktu ia masih kecil ia tidak bisa melihat betapa indahnya dunia karena waktu itu ia mengalami kebutaan.
               Bayi yang dulu sebesar bolpoin sekarang sudah berumur 15 tahun.Namun tubuh Miyuki tidak sebesar dengan mereka yang seusia Miyuki.Miyuki sangat senang dengan bersepeda walaupun ia tidak bisa melihat tapi ibu Miyuki selalu mendampinginya selama Miyuki naik sepeda.Sewaktu mau masuk SMP Miyuki tiba-tiba diserang penyakit lambung misterius,tapi syukurlah penyakit yang diderita Miyuki sembuh total dari penyakit yang ia alami.

                        Beberapa tahun kemudian Miyuki diterima masuk di SLB Fukuoka untuk tingkat SMA.Saat Miyuki masuk di SMA ia rajin belajar,tapi lama-kelamaan ia sudah bosan dan malas belajar sampai membuat ibunya sangat marah,tapi untungnya dia sadar bahwa ia telah mengecewakan ibunya dan iapun berjanji untuk akan giat lagi belajar.Miyuki dan ibunya sering bertengkar sampai tidak terhitung penyebabnya adalah Miyuki sendiri yang suka bermalas-malasan seperti tidak serius menjalani hidupnya.
Pada suatu hari, disekolah diadakan lomba mengarang tingkat SMP.Miyukipun mencoba mengikuti lomba tersebut dengan mengarang pengalaman hidupnya sehari-hari.
Tapi tidak pernah ia duga, ternyata hasil karyanya itu menjuarai lomba mengarang tingkat nasioanal.Miyuki sangat senang sekali.Ibunya juga bangga kepada Miyuki.
Tapi bukan hanya itu saja,karangan Miyuki bahkan dimuat dikoran-koran dan dibaca oleh orang-orang diseluruh Jepang.Karena dengan kehebatannya mengarang ia sudah dapat memenangkan lomba mengarang yang begitu banyak sampai di tingkat nasional.

                        Dalam karangan-karangannya Miyuki menceritakan kisah dirinya, ibu yang selalu keras padanya, tangis dan tawa bersama ibu, dan cerita-cerita mengharukan yang didengar dari ibunya. Melalui karangan-karangan ini pula Miyuki menjadi sadar, bahwa berkat ibunya, Miyuki bisa menjalani kebutaannya. Kecintaan Miyuki pada dunia tulis-menulis ini akhirnya membuahkan novel ini. Ketika Anda membaca novel ini Anda akan merasa seolah-oleh Miyuki bercerita pada Anda. Tutur bahasa yang sederhana membuat novel ini mudah dipahami. Hal ini tentunya juga didukung oleh sang penerjemah, Tiwuk Ikhtiari. Novel ini baik dan layak dibaca oleh semua orang, terutama diperdengarkan pada sesama kita yang tidak diberikan mata normal. Pertama, dengan membaca novel ini wawasan Anda tentang ”kebutaan” akan menjadi lebih positif. Memang, ”kebutaan” itu membuat pemiliknya harus berusaha lebih keras dalam mendapatkan sesuatu. Miyuki, satu di antara jutaan orang yang buta, berhasil mendobrak kebutaannya dengan bantuan penuh ibunya. Oleh karena itu, jangan menjadi lemah karena putri, putra, kakak, adik, atau orang tua Anda yang buta. Akan tetapi, doronglah dia menjadi positif dalam memandang hidup. Ingatlah perjuangan Ibu Miyuki dalam mendidik Miyuki. Dalam didikan ibunya, Miyuki menjadi seorang yang mandiri dan bangga pada dirinya. Kedua, dalam beberapa hal, bisa jadi Anda, saya, dan Miyuki mempunyai kesamaan. Mendapat perlakuan keras dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Akan tetapi, yakinlah bahwa sebagaimana Miyuki alami, buah-buah rohani akan dirasakan dengan nikmat bila kita sampai pada kesadaran tertentu. Lebih penting lagi, sikap pantang menyerah Miyuki dan kesetiaan sang ibu membesarkan anaknya bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk terus berjuang, memperjuangkan apa yang kita inginkan

AMANAT :

Dalam cerita ini mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta kasih akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar